NOT KNOWN DETAILS ABOUT REOG PONOROGO KAITAN DENGAN KONDISI GEOGRAFIS

Not known Details About reog ponorogo kaitan dengan kondisi geografis

Not known Details About reog ponorogo kaitan dengan kondisi geografis

Blog Article

Sejarah terciptanya tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda yang diciptakan masyarakat saat itu.

Singabarong adalah seorang laki-laki bertubuh tinggi yang memiliki kepala berwujud singa. Rambutnya begitu lebat dan penuh kutu. Ia memiliki burung merak yang digunakan untuk mematuki kutu-kutunya.

Singo Barong adalah tokoh dan penari berkepala macan dengan hiasan merak dan tampil paling dominan pada kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagian topengnya terdiri dari kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan yang ditutup dengan kulit macan gembong/harimau jawa.

Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Reog adalah tarian tradisional di arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mengandung unsur magis.

Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.

Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.

Inti ceritanya adalah kecurangan tidak akan pernah melawan kejujuran. Seperti Singabarong yang hendak berlaku curang pada Kelana Swandana, tapi malah akhirnya berubah menjadi petaka bagi dirinya sendiri.

Dari sekian banyak sejarah tari reog ponorogo tari tradisional yang ada di Indonesia, Tari Reog Ponorogo adalah satu dari beberapa tari yang sering ditampilkan di publik, mulai tingkat lokal, nasional, hingga internasional.

Dan yang terakhir, tidak ada tenggat waktu untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Raja Kelana Swandana mungkin memiliki kekurangan, tapi ia mau dan berusaha untuk memperbaikinya.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Tiongkoknya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jathilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari fifty kg hanya dengan menggunakan giginya.

Udheng ini biasanya dipakai oleh penari jathilan dan jenis udheng yang sering dipakai yaitu tapak dara atau gadhung melati.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.[4][six]

Dalam setiap pementasan tari Reog Ponorogo terdapat tiga bagian pertunjukkan yang masing-masing menampilkan tokoh dan penampilan yang berbeda.

Report this page